Bakteri E. Sakazakii



 Bakteri Enterobacter Sakazakii (E. Sakazakii) saat ini menarik kembali perhatian masyarakat  Indonesia. Setelah akhirnya dalam sebuah kesempatan, Rektor IPB secara resmi menyatakan bahwa IPB telah selesai melakukan penelitian ulang mengenai terdapat tidaknya bakteri E. sakazakii pada merek-merek susu formula yang beredar  di pasaran. Hasilnya akan diumumkan secara resmi oleh BPPOM dan Kemenkes pada bulan Juli mendatang.

Sebelumnya kisruh susu formula mengandung bakteri E. sakazakii juga pernah menarik besar perhatian masyarakat pada bulan Februari 2011 lalu, di mana muasalnya berawal dari dimenangkannya gugatan seorang pengacara publik, David Tobing yang menuntut tiga institusi yaitu IPB, BP POM, serta Kemenkes untuk memberitahukan nama-nama merek susu formula yang disinyalir mengandung bakteri E. Sakazakii.

Kasus ini sendiri bermula dari adanya temuan hasil riset tim peneliti  Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2006-2007 yang menyatakan 20 persen dari sampel susu formula yang ditelitinya. Yakni berasal dari susu formula yang biasa dijual di pasaran,  terkontaminasi bakteri E. Sakazakii. Tidak hanya susu formula, dalam makanan bayi yang juga diteliti oleh mereka, juga sekitar 40 persennya disinyalir mengandung bakteri yang sama.

Informasi ini tentu mengundang kekhawatiran yang teramat sangat bagi para orang tua yang memiliki anak masih bayi, sehubungan bahwa menurut hasil penelitian Iversen dan Forsythe yang dipublikasikan pada tahun 2003 diketahui bahwa inveksi bakteri E. Sakazakii mampu menyebabkan  kematian yang  tinggi (40-80%) terhadap bayi  baru lahir (0-6 bulan) apalagi pada bayi prematur atau memiliki imunitas lebih rendah dari rata-rata bayi-bayi lainnya

David Tobing sendiri mengajukan perkara tersebut pertama kali ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat pada 2008 silam dan memenangkan kasus itu. Pihak IPB, Kemenkes, serta BP POM kemudian mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung (MA), karena memiliki penilaian yang berbeda terhadap temuan hasil riset di atas, namun putusan MA menyatakan  menolak kasasi yang diajukan tiga instutusi tersebut, artinya putusan perkara kembali ke keputusan vonis PN Jakpus sebelumnya.

Apa itu E. sakazakii?
E. sakazakii merupakan bakteri yang berkoloni dalam saluran pencernaan manusia dewasa (Iversen, Druggan, dan Forsythe, 2004).  Bakteri ini juga dapat ditemukan di produk pangan lain selain susu formula yaitu keju, daging, sayuran, biji-bijian, kondimen dan bumbu-bumbuan (Iversen dan Forsythe, 2003; Kim et al, 2008; Fridemann, 2007). E. sakazakii berkembang optimal pada kisaran suhu 30-40°C, waktu regenerasi bakteri ini terjadi setiap 40 menit jika diinkubasi pada suhu 23°C, yang tentunya akan sedikit lebih cepat pada suhu optimum pertumbuhannya (Rahmadi, 2009).

Menurut Havelaar dan Zweitering (2004), kontaminasi satu koloni E. Sakazakii memiliki peluang hidup maksimum sebesar  6.5% untuk dapat berkembang hingga mencapai jumlah yang signifikan (1 juta sel/g produk) dalam waktu maksimal 100 jam pada suhu 18-37°C.  Artinya, apabila 1 sel hidup E. sakazakii mengkontaminasi produk susu formula pada proses produksi.  Hanya dalam 5 hari, produk tersebut telah menjadi sangat berbahaya bagi bayi (Rahmadi, 2009). 

Angka probabilitas ini agaknya ditunjang dengan fakta hasil riset di seluruh dunia, tidak hanya yang dipublikasikan tim riset IPB, yaitu pada kisaran 20% (Iversen dan Forsythe, 2003; Kim et al, 2008). Selain bersifat invasif, E. sakazakii juga memproduksi toksin (endotoxin) yang juga berbahaya bagi mamalia (termasuk didalamnya manusia) yang baru lahir dan belum memiliki sistem kekebalan yang baik (Townsend et al, 2007).

Bakteri E. Sakazakki diduga bersifat airborne (mengkontaminasi lewat udara) sehingga kontaminasi bisa terjadi tidak hanya pada saat produksi di industri susu tetapi juga dimungkinkan  terjadi pada saat proses penanganan di rumah tangga (Kandhal et al, 2004), pertumbuhan E. sakazakii dapat ditekan dengan penggunaan alat sanitasi serta dengan penyimpanan di tempat bersuhu dingin (Kim, Ryu, dan Buechat, 2006).

Untuk mengantisipasi kontaminasi E. Sakazakki pada susu formula, masyarakat diharapkan untuk memperhatikan beberapa hal (Rahmadi, 2009) : seduh susu bubuk dengan air panas (85-100°C). J jangan dengan air "hangat-hangat kuku" (<70 °C), lalu diamkan selama  1-2 menit guna mereduksi jumlah bakteri, apabila mau ditambah dengan air dingin lakukanlah setelah tenggang waktu tersebut.

Hindari penggunaan produk susu bubuk yang kemasannya telah terbuka cukup lama (lebih dari 8 hari) atau dibeli dalam kemasan yang sudah tidak baik atau bocor. Simpan susu bubuk yang telah dibuka kemasannya di dalam lemari pendingin (suhu <5°C) untuk mencegah pertumbuhan mikroba, bukan hanya E. sakazakii.

Ada hikmah besar dari fenomena ini, bahwa pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eklusif terhadap bayi merupakan upaya terbaik, teraman serta menjadi tindakan sangat bijak orang tua dalam melindungi buah hatinya.

Fakta di Indonesia tentang persentase orang tua yang memberikan ASI ekslusif terhadap buah hatinya memang masih sungguh sangat memprihatinkan, dimana bahwa hanya 14 persen saja bayi di Indonesia yang diberi ASI eksklusif oleh ibunya, itupun hanya sampai usia 4 bulan saja (Nuryati, 2009).

Dari survei yang dilakukan pada tahun  1999, diketahui bahwa bayi di Indonesia rata-rata memperoleh ASI eksklusif hanya dalam waktu 1,7 bulan (Nuryati, 2009). UNICEF melaporkan pentingnya pemberian ASI ekslusif terhadap bayi dengan menyatakan bahwa 30 ribu kematian bayi di Indonesia, serta 10 juta kematian anak balita di dunia, tiap tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada sang bayi.

Kiranya fenomena ini bisa menjadi suatu pelajaran besar bagi Indonesia, sehingga apa yang terjadi di China pada beberapa tahun silam dengan fenomena banyak meninggalnya bayi di sana akibat adanya unsur melamin dalam susu formula yang mereka konsumsi, diharapkan jangan sampai terjadi di negeri ini. Semoga! (*)

Penulis adalah Alumnus Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran


Previous
Next Post »

1 komentar:

Click here for komentar
Unknown
admin
24 April 2012 pukul 18.35 ×

Infonya bagus..

Congrats bro Unknown you got PERTAMAX...! hehehehe...
Reply
avatar